Tensi Meningkat antara Turki dan Jerman karena Selebrasi Gol Kontroversial di Euro 2024

Euro 2024 menjadi saksi ketegangan antara Turki dan Jerman setelah selebrasi kontroversial Merih Demiral dalam pertandingan melawan Austria. Pemain berusia 26 tahun itu memicu perdebatan dengan merayakan golnya dengan melakukan simbol ‘kepala serigala’, yang dianggap oleh pihak Jerman sebagai referensi kepada Wolfsgruss, sebuah simbol yang terkait dengan kelompok sayap kanan Turki, Grey Wolves, yang aktif di Jerman.

Cuitan dari Menteri Dalam Negeri Jerman, Nancy Faeser, mengecam selebrasi Demiral sebagai simbol rasisme. Faeser menegaskan bahwa menggunakan kejuaraan sepakbola sebagai platform untuk menyebarkan pesan rasisme adalah tidak dapat diterima.

Grey Wolves, yang memiliki basis pengikut yang signifikan di Jerman dengan sekitar 20 ribu anggota, merupakan salah satu organisasi sayap kanan terbesar di negara tersebut, setelah Alternative für Deutschland (AfD). Meskipun di beberapa negara Eropa lainnya organisasi ini telah dilarang karena dianggap berhaluan neo-fasis dan melakukan tindakan rasis terhadap orang-orang Kurdi dan Armenia, di Jerman mereka masih aktif.

Akibat dari selebrasi ini, Dubes Turki untuk Jerman, Ahmet Basar Sen, dipanggil untuk memberikan penjelasan terkait perayaan gol Demiral. Sementara itu, UEFA juga dikabarkan melakukan penyelidikan terhadap insiden ini.

Reaksi pemerintah Turki terhadap tindakan UEFA ini menunjukkan ketidakpuasan yang mendalam. Mereka menilai penyelidikan terhadap Demiral sebagai tindakan xenofobia dari pihak Jerman, terutama karena Grey Wolves tidak dilarang di negara tersebut.

Situasi semakin memanas dengan kabar bahwa Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, berencana untuk hadir langsung di Euro 2024,

Pertandingan sepak bola menjadi lebih dari sekadar ajang olahraga ketika isu-isu politik dan sosial muncul di lapangan. Selebrasi gol Demiral telah memperlihatkan bagaimana olahraga dapat memperdalam ketegangan antarnegara, bahkan di tengah perayaan kejayaan sepak bola. Masyarakat internasional dan penggemar olahraga sepak bola menantikan perkembangan selanjutnya dari konflik ini di Euro 2024.

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *